Kamis, 15 September 2011

PANTAI KARANGBOLONG




Pantai Karangbolong merupakan pantai landa berpasir yang cukup luas, yang dibatasi oleh perbukitan yang disusun oleh batuan sedimen klastik asal-gunungapi. Pasir berwarna kelabu yang berukuran halus-kasar bersumber dari batuan tersebut. Sapuan ombak besar yang membentur dinding pebukitan menghasilkan energi yang cukup untuk mengikis, mengangkut dan mengendapkan kembali butiran batuan. Derajat pelapukan yang tinggi di kawasan ini mempercepat proses abrasi tersebut. Setempat, singkapan breksi lahar yang berada di pinggir pantai mengalami pengikisan, menghasilkan bentukan abrasi yang unik.







Pantai Karangbolong mempunyai potensi membentuk arus balik yang kuat, sehingga merupakan kawasan yang berbahaya untuk berenang. Kegiatan lain yang dapat dilakukan wisatawan adalah memancing, di mana beberapa jenis ikan karang cukup melimpah di pantai ini.



Di kawasan pantai ini juga terdapat Gua Karangbolong, yang terletak di sisi timur. Sebuah lorong yang cukup panjang terbentuk pada lapisan breksi lahar yang terkekarkan. Gua Karangbolong berukuran panjang 30 m, lebar 10 m dan tinggi sekitar 5 m. Breksi yang dikenal sebagai Formasi Gabon ini berumur Oligo-Miosen atau antara 30-15 juta tahun lalu, tersingkap bersama-sama dengan sisipan batu pasir dan batu lempung.





Pembentukan Gua Karangbolong dipengaruhi oleh peruntuhan yang terjadi di sepanjang batas bidang antara breksi dengan batu pasri atau batu lempung. Lubang peruntuhan akan semakin besar karena lapisan batuan yang menggantung di atap lubang selalu runtuh akibat beratnya. Proses itu juga dipicu oleh kekar-kekar yang ada, yang kehadirannya memperlemah daya ikat antar komponen batuan. Proses pembentukan gua teramati baik di ujung timur dan selatan Goa Karangbolong, di mana pada skala kecil terjadi peruntuhan batuan di sepanjang batas lapisan yang berbeda. Karena bukan gua batu gamping, maka di dalam Goa Karangbolong tidak dijumpai ornamen.

BENTENG VAN DER WIJCK




Merupakan salah satu peninggalan colonial Belanda yang berada di Kompleks Secata A ( Sekolah Calon Tamtama A ) Gombong beralamat di jalan Sapta Marga Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Benteng ini seluruhnya terbuat dari batu bata merah dan memiliki ciri – ciri khusus yang berbeda dengan benteng – benteng lain peninggalan Belanda di Indonesia. Di Benteng inilah Soeharto mantan Presiden Indonesia ke 2 pernah di latih kemiliteranya.

CAGAR ALAM NASIONAL GEOWISATA KARANGSAMBUNG






Kabupaten Kebumen nampaknya sudah digariskan sebagai daerah yang amat kaya akan potensi alam yang sangat potensial sebagai tujuan wisata. Kita sebut saja satu per satu, obyek wisata seperti Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Logending, Pantai Petanahan, Pantai Karangbolong, Pemandian Air Panas Krakal serta beberapa obyek lainnya, Geologi/Batuan Karangsambung ini. Karena itu, tak mengherankan bila ada yang menyebut berwisata ke Kebumen merupakan jenis wisata alam (nature Tourism).



Berwisata ke Karangsambung, belum dikata merupakan suatu bentuk wisata yang khas, berbeda dengan berwisata ke obyek-obyek yang lain, karena lebih condong bersifat wisata ilmiah. Atau lebih khusus lagi, dikenal sebagai wisata ilmiah (geo wisata). Bagaimana sebenarnya bentuk wisata ke obyek yang satu ini, mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan sedikit informasi tentang hal itu.



Apakah anda ingin melihat dan ingin tahu seperti apa wujud batuan dasar samudera, batuan dasar Pulau Jawa yang terangkat, bekas-bekas tumbukan, aneka cindera mata dari batu mulia beserta penjelasan ilmiahnya. Itulah antara lain tawaran simpatik yang disodorkan oleh obyek wisata ini. Saran kami, jangan sia-siakan begitu saja penawaran itu, segera kita langkahkan kaki kita ke sana. Sebab, dalam kenyataannya para wisatawan manca begitu antusias untuk mengenal dari dekat 'taman batuan alam' yang konon merupakan taman geologi yang terlengkap di Asia Pasifik. Jadi, apakah kita harus kalah dalam semangat 'ingin tahu' dengan bangsa manca terhadap kekayaan milik kita sendiri.



Sebagai gambaran bagi anda, di Karangsambung kita akan mendapat penjelasan tentang keunikan Karangsambung, melihat contoh batuan, proses pembuatan kerajinan batu mulia dan hasilnya yang siap dijual preparasi batuan dan analisa/uji mutu serta pemaduan ke beberapa lokasi batuan yang sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan yang tersingkap di lapangan.

Keunikan

Kawasan Karangsambung, bisa dikatakan laksana suatu monumen atau taman batuan hasil evolusi bumi mulai Zaman Kapur (sekitar 120 juta hutan yang lalu) sampai sekarang. Pada kawasan ini bisa dijumpai bukti-bukti batuan hasil tumbukan Lempeng Samudera Hindia Australia dengan Lempeng Benua Eurasia. Zona tumbukan ini sekarang telah bergeser kurang lebih 312 km ke arah selatan di dasar Samudera Indonesia.



Di taman geologi ini bisa kita jumpai aneka ragam batuan, baik batuan beku, sedimen dan metamorf, yang terbentuk pada dasar samudera sampai tepi benua yang terbentuk, kesemuanya tercampur aduk dengan 'deformasi' yang kuat. 'Morfologi' nya merupakan hasil interaksi antara batuan, struktur geologi dan proses erosi, yang mencerminkan suatu 'pembalikan topografi', sehingga membentuk rangkaian gunung melingkar dengan lembah memanjang di tengahnya, menyerupai tapak kuda.

Sejarah

ditilik dari sejarahnya, daerah ini sejak tahun 1963 telah dipergunakan untuk praktek lapangan para mahasiswa geologi di Indonesia. Kemudian pada tahun 1964 didirikan Kampus Geologi Lapangan yang kemudian pada tahun 1987 disempurnakan menjadi UPT (Unit Pelaksana Teknis) Laboratorium Alam Geologi Karangsambung - LIPI dengan SK Ketua LIPI Nomor 837/Kep/A.5/87, tanggal 8 Mei 1987.



Saat ini, beberapa perguruan tinggi seperti ITB, UPN 'Veteran' Yogyakarta, UNPAD, UNPAK Gogor, UNISBA, KIP Yogyakarta, Semarang dan Jakarta, serta program Diklat PPTP secara regular memanfaatkan fasilitas yang ada. Beberapa organisasi geologi internasional seperti GEOSEA, CCOP, IPA, dan IGCP dengan ahli kebumian dari berbagai negara seperti Inggris, Perancis, Amerika dan Jepang, kerap datang ke Karangsambung. Di samping itu, berbagai organisasi kebumian, peserta seminar kebumian, para pendidik dan siswa mulai dari SSD sampai SLTA, juga sering mengunjungi Karangsambung.


Lokasi dan Fasilitas

Karangsambung merupakan sebuah desa yang terletak di utara kota Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini dapat dicapai sekitar 45 menit dengan kendaraan melalui jalan Kabupaten beraspal. Selama perjalanan dari kota Kebumen mengasyikkan.Dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok, kita bisa menikmati pemandangan alam yang mengasyikkan, perpaduan antara sungai, perbukitan batu dan hamparan sawah. (sungai yang melintasi daerah ini adalah sungai Luk Ulo, yang dari namanya telah menggambarkan keadaannya yang berkelok-kelok seperti "ulo" (ular). Oleh penduduk sekitarnya, sungai ini seringkali dimanfaatkan untuk penambangan batu, yang dikenal dengan nama batuk Luk Ulo. Selain dimanfaatkan untuk penghias taman, beberapa jenis batu yang terdapat di sungai ini sering pula dimanfaatkan sebagai batu hias atau akik.

Sedangkan perbukitan batu yang bisa kita tatap sepanjang perjalanan, merupakan aneka batuan yang masuk dalam kawasan taman geologi Karangsambung. Kawasan ini memang cukup luas, dengan radius sekitar 300 kilometer persegi. Perbukitan batu itulah yang sering dijadikan tempat penelitian atau praktek lapangan para ilmuwan maupun mahasiswa.

Dalam hal fasilitas akomodasi, bagi para pengunjung telah tersedia.

Gedung Pertemuan, Ruang Kuliah yang dilengkapi dengan audio visualnya, barak penginapan dan 'guesth house' yang dapat menampung 100 orang, termasuk kebutuhan layanan katering, penerangan listrik PLN, telepon serta sarana olah raga.

Cinderamata

Sebagai pelengkap perjalanan wisata Anda ke Karangsambung, Anda pun bisa mendapatkan aneka cinderamata yang tentu saja khas daerah ini, sesuai dengan obyek dan potensi yang ada. Yaitu, aneka jenis dan bentuk suseiki yang sangat menawan. Selain itu, aneka rupa batu akik dan souvenir lainnya.

WADUK WADASLINTANG






WADUK Wadaslintang, merupakan objek wisata yang cukup unik. Karena letaknya diperbatasan Kabupaten Kebumen dan Wonosobo. Daerahnya berudara sejuk, dengan panorama alam pegunungan di sekitarnya yang begitu alami. Sehingga cocok sebagai tempat rekreasi bagi kawula muda maupun keluarga.



Disebut menarik, karena sebagian genangan air masuk wilayah Wonosobo. Sungai utama yang dibendung yakni Sungai Bedegolan. Sedangkan sekitar 113 ha, termasuk kantor dan lokasi bendung, PLTA beserta dua saluran induk masuk ke Wilayah Kebumen.

Pada hari Minggu dan hari-hari libur, dipastikan padat oleh hadirnya wisatawan domestik. Bagi yang berhobi berat memancing sangat cocok, karena berkemah di alam bebas, situasinya sangat cocok.



Waduk Wadaslintang dibangun cukup lama, sekitar 7 tahun. Arealnya di lembah yang cukup curam tapi pemandangannya mengasyikkan. Tanah yang diperlukan untuk kawasan waduk tersebut mencapai 2.626 ha. Sehingga pada awal pembangunannya harus memindahkan sekitar 7.000 penduduk di perbatasan Kabupaten Kebumen-Wonosobo di eks Karesidenan Kedu. Genangan airnya mencakup sembilan desa di sana.



Waduk Wadaslintang dilaksanakan oleh kontraktor Hydro Resource Coorporation Filipina, bekerja sama dengan PT Brantas Abipraya. Mulai dikerjakan tahun 1982, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto awal tahun 1988.

Konstruksi beton bendungan tersebut dikagumi banyak pakar dari negara asing, dan diproyeksikan mampu berusia sampai sekitar 200 tahun. Waduk Wadaslintang termasuk cukup dalam. Tinggi bendungan 116 m lebar 10 m dan panjang 650 m, berisi air maksimal 443 juta M3.



Kini, Waduk Wadaslintang benar-benar tidak saja berfungsi sebagai tempat wisata. Tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk olah raga air, serta yang lebih utama manfaatnya di bidang irigasi. Sebab, waduk tersebut mampu mensuplai kebutuhan irigasi bagi areal persawahan di daerah Kebumen dan Purworejo seluas 30.345 hektar sepanjang tahun. Dampak lansung mampu memberikan tambahan hasil sekitar 210.000 ton beras setahun.



Sebagai catatan, dewasa ini dua daerah pertanian, Kebumen dan Purworejo, mampu menjadi salah satu lumbung padinya Jawa Tengah. Kebumen dengan dukungan irigasi Waduk Wadaslintang dan Sempor, mampu surplus beras 150 ribu ton per tahun. Sedangkan Purworejo mampu surplus beras 110.000 ton per tahun. Pola tanamannyadua kali padi dan sekali palawija. Dampak dari keberadaan wadk tersebut sepanjang tahun areal persawahan di Kebumen dan Purworejo bagian barat airnya cukup melimpah.



Disamping itu, Waduk Wadaslintang kini menghasilkan listrik 16 MW, sedang transmisi jaringan lebih kurang 30 km. Masalah erosi tak begitu menjadi ancaman, lantaran sekitar waduk merupakan tanah pegunungan yang menghijau. Belum lagi hasil ikan, karena di sana juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan.

Untuk menuju ke objek wisata Waduk Wadaslintang, saran angkutan cukup mudah. Sebab, jalur Kebumen-Wonosobo lewat Wadaslintang dilayani angkutan umum jenis minibus. Dengan jalan yang berkelok dan udara sejuk, cukup menjadi daya pikat tersendiri.

Dari Kota Prembun di Kebumen hanya sekitar 8 km ke utara. Jalannya beraspal hotmix dan tersedia angkutan umum. Sekitar kawasan genangan waduk dan objek wisatanya banyak dilindungi pepohonan rindang. Karena merupakan kawasan hutan pinus dan hutan milik perhutani, serta sebagian tanah dan permukiman penduduk.

Pengelolaan objek wisata air itu dilakukan bergiliran. Mengingat lokasinya di dua Kabupaten. Maka dua daerah, Kebumen dan Wonosobo sepakat mengelola berbarengan. Setahun dikelola Wonosobo, tahun berikutnya dikelola Diparta Kebumen, dan begitu seterusnya.

Salah satu kelebihan objek wisata Waduk Wadaslintang seperti disebut tadi, yakni kondisi alam sekitar yang mempesona. Bahkan setelah saluran induk ke bawah sampai Sungai Pejengkolan, mengalir air cukup bagus. Di bagian bawah kini dibangun Bendung Pejengkolan.

Debit airnya sepanjang tahun tetap, karena bisa diatur dari pintu turbin PLTA. Sehingga sangat cocok untuk olah raga petualang seperti arung jeram.

Bahkan dari ekspedisi para mahasiswa Pecinta Alam Psikologi (Palapsi) UGM Yogyakarta, terbukti arung jeram di Sungai Bedegolan sampai Pejengkolan terbaik di banding sungai besar di Pulau Jawa. Karena airnya bersih, sepanjang aliran arusnya menghasilkan perpaduan jeram yang memutih kebiru-biruan dengan batu-batu besar, serta alam pedesaan sekitarnya yang menghijau.

WADUK SEMPOR






HAMPARAN air beriak kecil dalam sebuah wadah alam yang sengaja dibuat oleh manusia atau biasa disebut dengan istilah waduk, yang menyatu dengan perbukitan hijau disekitarnya, merupakan pemandangan cantik yang bisa kita temui di obyek wisata Waduk Sempor, sebuah obyek wisata yang menyimpan beribu pesona dan cerita.



Sangat mudah dijangkau dengan alat transportasi darat, alam permai yang tak kalah indahnya dengan obyek wisata di daerah lain ini, bisa kita nikmati dengan seksama.

Obyek wisata Waduk Sempor memang bukanlah nama yang asing lagi bagi dunia kepariwisataan kita. Dibalik fungsinya sebagai sarana irigasi teknis bagi ribuan hektar sawah di wilayah Gombong, waduk ini juga menyimpan potensi yang besar sebagai obyek wisata. Selain daya tarik alamnya yang begitu besar, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung, antara lain wisma-wisma penginapan yang bisa disewa secara perorangan maupun rombongan. Selain sebagai obyek berwisata, tempat ini juga cocok dijadikan tempat untuk seminar, rapat kejra dan kegiatan lainnya, karena selain tempatnya tenang, juga memiliki sarana yang memadai untuk kegiatan tersebut.



Daya tarik utama obyek wisata ini adalah alamnya. Waduk seluas puluhan hektar yang terletak di Desa Sempor, Kecamatan Sempor ini, bila diamati begitu mirip sebuah danau alam yang dipagari oleh perbukitan. Perbukitan tersebut ditanami ribuan batang pohon pinus oleh Perhutani yang dalam waktu-waktu tertentu disadap getahnya. Dengan dukungan iklim yang memiliki curah hujan cukup melingkari sang "danau". Walhasil, harmoni alam yang tercipat dari perpaduan waduk dengan sang sabuk hijau merupakan lukisan hidup yang begitu mempesona. Melihat riak-riak air di danau buatan itu, ketenangan seakan menyelusup ke dalam jiwa sanubari kita. Menatap hamparan pinus, sepertinya kita mendapatkan kesejukan dan keteduhan yang tiada tara. Mendapatkan suguhan yang sungguh memperkaya batin seperti itu, seolah diri kita enggan beranjak dari tempat ini.



Mungkin Anda bertanya-tanya, apakah cukup hanya itu saja yang bisa kita peroleh di obyek wisata ini, Tentu saja tidak, Sebab masih banyak yang bisa kita peroleh di sini, asal kita mau bersabar hati meluangkan waktu menelusuri kompleks waduk ini secara menyeluruh. Kendatai waktu yang kita butuhkan untuk bisa merasapi semua itu memang tidak sedikit, namun insya Alloh Anda tak akan membelenggu jiwa kita, akibat kesibukan dan rutinitas kerja, tak salah.... di sinilah tempat yang tepat untuk Anda pilih.



Kompleks Obyek Wisata Sempor bisa kita nikmati dari dua arah. Arah yang pertama yaitu setelah pintu gerbang yang dijaga oleh petugas penarik retribusi, pada simpang tiga yang jaraknya beberapa ratus meter dari pintu gerbang, arah perjalanan kita adalah lurus kedepan. Sedangkan arah yang kedua, pada simpang tiga tadi kita belok kekiri.



Sasaran atau tujuan dari arah yang pertama adalah menikmati keindahan waduk dari dekat. Dengan menyusuri jalan beraspal diatas waduk, kita akan mencapai dermaga perahu. Kita pun bisa menikmati keindahan waduk sambil berperahu motor yang disewakan. Bila kita berhobi memancing, kita bisa memancing dalam waduk. Obyek lain yang bisa kita kunjungi dari lokasi ini adalah Taman Dirgantara yang memajang aneka pesawat terbang tiruan serta permainan anak-anak. Tak lupa, deretan kios penjual makanan juga tersedia disini.



Setelah puas menikmati keindahan waduk dari lokasi ini, kita bisa mengunjungi lokasi yang kami sebutkan sebagai arah yang kedua tadi. Perjalanan menuju lokasi ini cukup mengasyikkan. Selain jalannya berbelok-belok dan menanjak, kita juga bisa menikmati indahnya saluran irigasi yng lebar menyerupai sungai. Di lokasi ini bisa kita jumpai kompleks perkantoran milik instansi pengelola waduk beserta kompleks perumahan yang saat ini sebagian dipakai sebagai penginapan bagi pengunjung. Selain itu, terdapat pula Lapangan Pancasila dan Aula.



Untuk menikmati lokasi ini, sangat dianjurkan untuk berjalan kaki, agar kita bisa sepenuhnya menikmati alam disini. Bagi Anda yang membutuhkan penginapan, bisa memilih kelas yang dikehendaki sesuai dengan selera Anda sebab disini terdapat pula penginapan yang bergaya Jepang.



Dalam hal kesan yang diperoleh, harus diakui lokasi ini memang lebih menjajikan kepuasan ketimbang lokasi yang pertama tadi. Disini kita akan bisa menikmati panorma waduk Sempor dari arah ketinggian. Perpaduan antara waduk dengan sabuk hijau di tambah dengan jalan aspal yang ada didekatnya. Sungguh panorama yang tak akan pernah membosankan bagi mata yang memandangnya. Alhasil, kesan yang kita dapatkan dari obyek wisata yang terletak di sebelah utara kota Gombong ini akan mendalam dan menjadi kenangan seumur hidup kita. Namun selain waduk bila kita layangkan arah pandangan mata kita ke bagian selatan kompleks penginapan, kita akan mendapatakan pemandangan yang tak kalah menariknya. Bykit-bukit itupun 'bernama', mengambil nama-nama anggota Pendawa Lima dalam cerita pewayangan. Konon di beberapa puncak bukit itu, terdapat pula makam yang dikeramatkan dan dikunjungi peziarah. Selain itu, bila kita tak segan untuk sering bertanya kepada warga sekitarnya, berbagai cerita menarik yang berkaitan dengan bukit-bukit itu akan kita dapatkan. Hal itu tentu saja melengkapi arti kunjungan kita ke obyek wisata ini.

PANTAI PETANAHAN

PANTAI PETANAHAN



Pantai Petanahan merupakan Obyek wisata tahunan. Ini mengingat pengunjung yang datang ke Obwis (Obyek Wisata) tersebut, paling dalam satu tahun hanya dua kali. Lebaran Idul Fitri dan pada hari raya Idul Adha, atau hari raya Qurban.

Hanya saja, Obwis tersebut mempunyai keunikan tersendiri dibanding Obwis lainnya di Kabupaten Kebumen. Pengunjungnya bukan hanya dari luar Kabupaten Kebumen, tetapi masyarakat di sekitar lokasi tersebut, yakni masyarakat kecamatan Petanahan tetap menyempatkan diri untuk datang ke pantai tersebut.

Pantai yang terletak di Desa Karanggadung Kecamatan Petanahan ini, nampaknya memang mempunyai kekhasan tersendiri. Seolah ada daya pikat bagi pengunjung yang pernah datang. Sekalipun mereka hanya untuk menikmati deburan ombak laut yang seolah berkejaran tak ada henti-hentinya.

Sekalipun panas terik matahari menyengat tubuh Wisatawan yang datang ke Pantai tersebut, misalnya di saat hari raya Idul Fitri, terutama pada hari ke tujuh dan ke delapan. Namun pengunjung tak ada hentinya sampai malam hari. Padahal, mereka ini harus datang berhimpit sampai ke Pantai Petanahan.

Pandan Cemara



Tidak seperti Pantai di Kabupaten Kebumen lainnya, pengunjung bisa menikmati deburan ombak dan menyaksikan hamparan laut selatan ini seolah tak ada batasnya. Ini salah satu yang membuat pengunjung merasa puas datang ke Obwis tersebut.

Setelah berjalan-jalan menelusuri pantai yang begitu luas, dengan menyaksikan deburan ombak laut yang bekejar-kejaran, kita bisa menyaksikannya dengan duduk-duduk santai di pengunungan pantai tersebut yang sekelilingnya ini terdapat tumbuhan cemara dan pohon pandan yang mempunyai mitos sendiri.

Duduk bercanda dan bercengkrama menyaksikan lalut begitu indahnya bisa melupakan semua persoalan yang kita hadapi. Selain itu, akan mengingatkan kita akan kebesaran Tuhan yang telah menciptakan bumi dan isinya, termasuk laut Petanahan yang sedang kita saksikan bersama keluaraga, atau bisa jadi dengan pacar dan di laut ini pula kita sering bertemu dengan teman yang sudah lama tak jumpa.

Dibangun



Tak bedanya dengan seorang gadis yang mulai senang berdandan, pantai Petanahan ini juga mulai berbenah diri. Sekalipun sekarang keadaanya belum selesai, karena melalui beberapa tahapan, namun perubahan Obwis tersebut sudah kelihatan tertata apik dan menjanjikan sesuatu yang baru bagi pengunjung yang datang.

Sekarang sudah mulai bisa kita lihat adanya gedung kantor,panggung hiburan, sekalipun belum selesai dikerjakan, namun dapatlah kita beristirahat di gardu pandang yang memang disediakan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kebumen. Selain itu, jalan menuju pantai Petanahan ini sangat mulus.

Perubahan lain yang bisa kita saksikan pada Garis Pantai Petanahan ini adalah adanya pembangunan Pendopo di dekat pesanggrahan Pandan Kuning yang memang mempunyai mitos tersendiri bagi mereka yang gemar melakukan semedi.

Selain itu, pengunjung Pantai Petanahan ini sekarang sudah ada perubahan yang begitu pesat. Jadi, ramainya bukan hanya saat lebaran atau hari besar lainnya. Penduduk sekitar Kecamatan Petanahan, Puring, Klirong, Adimulyo, bahkan ada yang datang dari Gombong dan Kebumen tiap hari Minggu pagi pantai tersebut dimanfaatkan untuk sarana olahraga.

Ada yang datang dengan jalan kaki berkilo-kilo, ada yang menggunakan sepeda, juga tak sedikit yang menggunakan sepeda motor. Begitu sampai di pantai, mereka langsung jalan-jalan atau lari ke sana-kemari. Setelah itu, mereka bisa beristirahat dengan menikmati minuman Nira dan makan nasi kuning yang dibungkus kecil-kecil, atau menikmati makanan lainnya yang juga cukup murah.

Cinta Sejati



Kebanyakan pengunjung di Obwis Pantai Petanahan ini memang kalangan remaja. Lebih khusus, mereka kebanyakan datang berdua dengan sang kekasih. Secara mitos, ini tentu bisa kita terima. Sebab, di Pantai tersebut ada kisah cinta yang memang cukup menarik untuk disimak.

Menurut para sesepuh, tokoh masyarakat dan buku legenda yang ditulis oleh Dinas Pariwisata setempat, pada sekitar tahun 1601, yakni pada masa pemerintahan Mataran yang Rajanya Sutawijaya, terlahirlah seorang gadis cantik dan jelita yang bernama Dewi Sulastri.

Hidungnya yang mancung dengan mukannya lonjong bagai telor, kulitnya yang juga kuning dan rambut panjang terurai, menambah kece Sulastri. Kelebihan lainnya, gadis keturunan bangsawan ini ternyata tak mempunyai watak sombong, di mana cewek kece ini selalu bersikap ramah pada siapapun.

Namun begitu, darah bangsawan yang bernama Lastri, panggilan akrab Sulastri ternyata merasa terkekang dengan adat yang terjadi di lingkungannya. Sebab, Lastri ini adalah anak dari seorang Bupati Pucang Kembar. Ayahnya tak lain adalah Bupati Citro Kusumo yang memang cukup disegani oleh warganya.

Ternyata, Sulastri ini oleh ayahnya telah dicalonkan dengan Joko Puring. Seorang Adipati di Bulupitu. Sayang, dara jelita ini tak mau dijodohkan dengan lelaki bernama Joko Puring. Katanya sekalipun Adipati yang bernama Joko Puring ini juga cukup keren, namun Lastri tak merasa adanya getaran cinta.

Makanya, begitu ada seorang bernama Raden Sujono, sekalipun hanya seorang anak Demang dari Wonokusumo, yang datang untuk mengabdi menjadi seorang pembantu, Lastri dengan berbagai argumentasi pada ayahnya agar orang tersebut diterima sebagai abdi dalem di Pucang Kembar.



Rupanya Bupati Citrokusumo tak kuasa menolak keinginan anaknya dan diterimalah Raden Sujono sebagai Abdi di Pucang Kembar. Padalah, Joko Puring sebelumnya juga telah mengajukan argumentasi pada Camernya (Calon mertuanya), agar menolak keinginan Raden Sujono sebagai Abdi di Pucang Kembar.

Terjadilah cinta segitiga antara Joko Puring dan Raden Sujono yang sama-sama mencintai Dewi Sulastri yang cukup kece itu. Bedanya, cinta Raden Sujono bahkan sangat diharapkan oleh putri citra Pucang Kembar, sedang Joko Puring cintanya tak kesampaian.

Cinta segitiga ini akhirnya berkembang menjadi huru-hara bagi Kabupaten Pucang Kembar. Namun dengan modal tampan dan kesungguhannya, Raden Sujono berhasil mempersunting Ratu Ayu Kabupaten Pucang Kembar menggantikan Citro Kusumo menjadi bupati di Kabupaten tersebut.

Prahara cinta ini tak berhenti sampai di sini, sekalipun sudah dipertaruhkan dengan adanya Sayembara dan dimenangkan oleh Raden Sujono. Buntutnya ketka suami Sulastri sedang menjalankan tugas negara memberantas berandal, atau preman-preman, secara ekbetulan Joko Puring bisa membawa lari Sulastri sampai ke Pantai Karanggadung yang sekarang dikenal sebagai Pantai Petanahan.

Tetapi hal tersebut diketahui oleh Raden Sujono dan akhirnya terjadi lagi pertarungan yang maha dahsyat dua satria yang memang punya kesaktian. Namun begitu, Sulastri akhirnya bisa direbut kembali oleh suaminya. Dalam versi lain disebutkan, bahwa ketika Sulastri diikat pada pohon Pandan ternyata ada suatu keajaiban.

Pandan tersebut beruabah menjadi Pandan Kuning dan nama tersebut digunakan untuk memberi nama tempat istirahatnya Sulastri dan suaminya, setelah Joko Puring berhasil dihalau pergi entah kemana. Sedang Sulastri yang telah dibawa pergi oleh Joko Puring tetap tak mau menerima cinta Joko Puring seklipun diancam akan dibunuh.

Inilah kesetiaan dari Dewi Sulastri terhadap suaminya yang sejak awal memang didambakan. Prinsipnya, sekalipun ditinggal tugas oleh suaminya sekian lama, toh tak mengurangi kadar cintanya, bahkan sudah tak ada tempat lagi bagi lelaki lain.

Begitu perjuangan mempertahankan istrinya dari Joko Puring berhasil, kedua pengantin baru ini mempertahankan istrinya dari Joko Puring berhasil, kedua pengantin baru ini beristirahat di bawah semak-semak pandan yang ada di Pantai Petanahan yang indah tersebut. Apalagi keduanya sudah lama berpisah, tentu merupakan saat terindah bagi Sulastri dan Raden Sujono.

Ny. Loro Kidul



Begitu keduanya cukup beristirahat dan memadu kasih, segeralah keduanya meninggalkan pandan yang rimbun tersebut yang telah mengukir cinta keduanya. namun sebelumnya, Raden Sujono konon ditemui oleh Ny Loro Kidul. Maksudnya tempat yang telah digunakan oleh keduanya beristirahat ini diminta menjadi tempat peristirahatan, atau pesanggrahan Ny. Loro Kidul.

Sejak itu pula, sepeninggalan Dewi Sulastri si mantan Putri Citra Pucang Kembar, dengan leluasa tempat tersebut digunakan oleh Ny. Loro Kidul. Sejak itu pula, tempat tersebut dimanfaatkan orang untuk semedi dan mengheningkan cipta.

Menurut beberapa sumber, banyak sudah orang yang percaya melakukan tapa di tempat tersebut yang berhasil, bahkan ada yang sampai membangun tempat tersebut. Selain itu, orang-orang yang merasa berhasil semedi di tempat ini setiap malam Jum'at Kliwon Bulan Syura diadakan upacara larungan. Ini dimulai sejak siang hari sampai menjelang ayam berkokok.

Inilah barangkali yang membuat Pantai Petanahan mempunyai daya pikat sendiri bagi pengunjungnya, sekalipun di tempat tersebut tak diadakan sesuatu hiburan. apalag sekarang Pantai Petanahan ini sudah mulai tertata rapi, tentu merupakan tempat rekreasi yang sangat didambakan oleh wisatawan.

Dengan berjalan menyaksikan pegunungan pasir, daun cemara yang terlihat menguning dan tanaman pandan sepanjang jalan mengantar kita untuk menyaksikan deburan ombak Pantai Petanahan yang seolah menyambut kedatangan Wisatawan. Tidak salah, kalau ada yang mengatakan, pantai tersebut memang cukup indah.

PANTAI LOGENDING ATAU PANTAI AYAH

PANTAI LOGENDING ATAU PANTAI AYAH



Pantai Logending, 8 km selatan Gua Jatijajar, atau 53 km dari kota Kabupaten Kebumen, tepatnya di Desa/Kecamatan Ayah, merupakan obyek wisata pantai yang memiliki keindahan alam sangat menawan. Dari kondisinya, yang berada di antara laut selatan dengan kawasan hutan jati milik Perum Perhutani KPH kedu selatan ini, merupakan kombinasi atau perpaduan antara pantai dan hutan, seperti itu jarang kita jumpai. Untuk di jawa Tengah mungkin hanya ada di kota yang berslogan "BERIMAN" ini.



Pantai wisatanya cukup luas, apalagi saat ini sudah bebas pandangan, dengan dilarangnya mendirikan warung-warung di sentral pandangan. Sehingga para wisatawan bisa lebih asyik menikmati pemandangan yang ada tanpa terganggu pandangan yang kurang sedap. Selain pantainya yang cukup lapang, para wisatawan juga bisa menikmati indahnya muara sungai Bodo, dengan perahu-perahu pesiar yang disediakan para nelayan setempat. Dengan perahu-perahu tradisional, maupun perahu tempel, kita bisa menelusuri muara sungai Bodo yang merupakan pemisah antara wilayah Kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Cilacap. Selain air sungai Bodo yang tenang, rimbunnya pohon-pohon playau di tepian sungai, serta lebatnya hutan jati milik perhutani, menambah indahnya pemandangan.

Wisata Alam dan Bumi Perkemahan



Kondisi pantai Logending sangat menawan, meskipun sampai saat ini bisa dikatakan belum dikelola secara intensif, serta belum adanya pihak luar yang ikut campur tangan menanganinya, namun sudah mengundang banyak wisatawan termasuk wisatawan mancanegara. Para wisatawan tidak bakal dibuat kecewa, dengan kondisi obyek wisata Logending yang sudah dikenal sejak lama. Apalagi bagi para remaja yang suka dengan petualang dan kemping. Di lokasi dan sekitar obyek wisata ini memang sangat tepat dijadikan medan penelusuran wisata alam dan spyolologi bahkan banyak pula para remaja yang tergabung dalam kelompok pecinta alam, seperti pramuka saka wanabhakti yang melakukan kegiatan jumping (panjat tebing) dan melakukan kegiatan giri wana relly di lokasi hutan setempat.



Biasanya, bagi pencinta alam maupun wisatawan yang baru melakukan kegiatan giri wana rely, ataupun kegiatan penelitian seputar kawasan obyek wisata dan hutan setempat, selanjutnya mereka tetap berada di pantai Logending dengan mendirikan tenda-tenda perekemahan pada malam harinya. Karena di lokasi obyek wisata Logending ini, oleh Perum Perhutani disediakan lokasi untuk perkemahan. Dari sisi lain yang menarik obyek wisata dan bumi perkemahan Pantai Logending ini, dan saat ini belum diketahui secara luas adalah, terdapat tanaman yang tergolong langka. Tanaman langka yang jarang ditemui di Jawa maupun di luar Jawa, saat ini tumbuh sangat subur dan sudah besar-besar. Tepatnya berada di lokasi wana wisata setempat, yaitu pohon Mahoni Afrika. Dari sangat langkanya di daerah lain, Logending ini sering dijadikan obyek penelitian oleh berbagai pakar dan mahasiswa yang berkait erat dengan tumbuh-tumbuhan, khususnya di lingkungan Perum Perhutani. Saat ini, di tempat itu pula dijadikan lokasi pembitian Mahoni Afrika yang selanjutnya akan dikembangkan di berbagai wilayah Jawa ini.

Sarana dan Fasilitas



Obyek wisata pantai Logending, lokasinya sangat strategis, karena berada pada jalur lalulintas umum yang menghubungkan masyarakat di atas pegunungan, seperti, Argopeni, Karangduwur dan sebagainya dengan masyarakat di bawah pegunungan. Sarana jalan, dari Gombong hingga wilayah pegunungan yang melewati obyek wisata Logending, sangatlah mudah. Jalan beraspal hotmik, dengan bahu badan lebar, sangat memungkinkan untuk dilalui bus-bus besar. Di lokasi obyek wisata, tersedia perparkiran yang cukup luas, bisa menampung lebih dari 50 bus. Tersedianya fasilitas MSK yang lengkap dengan tempat beribadah dan penginapan (Wisma). Juga fasilitas permainan anak-anak, perahu-perahu nelayan yang difungsikan sebagai perahu pesiar, dan hampir setahun sekali obyek wisata ini diadakan lomba perahu tradisional.

Ketenangan



Bagi pengunjung obyek wisata Pantai Logending Ayah, pihak pengelola selalu siap siaga membantu memberikan perlindungan. Selain setiap pengunjung diasuransikan melalui Jasa Raharja yang pembayaran preminya diserahkan dalam karcis masuk, para petugas sebelumnya selalu memberikan penyuluhan kepada pengunjung, berkait dengan kondisi obyek wisata yang ada, tanpa mengurangi kebebasan mereka menikmati keindahan obyek wisata. Keamanan dan ketenangan pengunjung lebih terjamin, karena ditunjang dengan keramah-tamahan penduduk sekitar obyek yang banyak melakukan aktifitasnya di kawasan obyek itu sendiri.

Kenang-kenangan

Sebagai obyek wisata yang berada di sekitar hutan dan pantai yang di huni oleh penduduk, dengan sebagian besar sebagai nelayan dan pengrajin gula kelapa, dari kondisi alamnya itu sendiri, keindahannya tidak bakal bisa dilupakan sepanjang zaman. Bagi pengunjung yang menginginkan souvenir, baik itu makanan khas berupa grobi, gula kelapa, maupun ikan hasil tangkapan para nelayan, juga tersedia aneka souvenir berupa kerajinan anyaman-anyaman pandan, kerajinan kece dan sebagainya. Untuk mendapatkan souvenir cukup mudah, karena toko-toko souvenir letaknya berada di lokasi parkir, berjajar dengan rumah sederhana yang murah, meriah, namum penuh gizi, karena banyak menyediakan ikan segar.

Riwayat Singkat

Sejak zaman pendudukan Belanda dan berkepentingan Jepang di Indonesia, Pantai Logending sudah merupakan tempat pesiar (plesiran). Seperti di tuturkan Sastro (60), juru kunci makan Selo Kabut yang diyakini oleh penduduk setempat sebagai makan Ki Ajar Tonggo. Ki Ajar Tonggo adalah seorang pintar yang mukim di Pantai Ayah, saat Ayah dikuasai dan diperintah oleh Adipati Suronegoro dan Kartonegoro I. Dan pada saat Jepang menduduki Indonesia, wilayah Ayah, rupanya merupakan salah satu tempat strategis yang dijadikan tempat pengintaian dan pos penjagaan, hal itu bisa dibuktikan dengan masih adanya peninggalan bangunan semacam benteng, baik di tepi pantai, maupun di atas pengunungan Gajah. Menurut penduduk setempat, bangunan-bangunan tadi merupakan tempat pengintaian untuk mengetahui tentara-tentara musuh dari arah barat, yaitu dari arah Cilacap dan Nusakambangan dengan mempergunakan perahu. Begitu pula, saat terjadi pergolakan revolusi di tahun 48 - 50, kawasan hutan setempat dijadikan tempat pelarian dan persembunyian tentara-tentara pejuang. namun sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan, bahwa di kawasan itu dijadikan markas.