WISATA KEBUMEN : GOA JATIJAJAR
Sejarah dan Asal Usul
Kompleks Gua wisata baik gua alam
maupun buatan yang terletak sekitar 42 km barat daya Kebumen ini
mencakup kawasan seluas 5,5 hektare. Objek wisata ini telah dilengkapi
dengan prasarana wisata seperti tempat parkir, peturasan, tempat
bermain, kios makanan, buah-buahan dan toko cindera mata.
Kompleks Gua Jatijajar mencakup Gua Jatijajar, Gua Dempok, dan Gua Intan. Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas permukaan laut. Sistem pergunaan berkembang pada kehadiran fosil-fosil seperti Lepidocylina sumatrensis Brady, L. elegans Tan dan Cycloclypeus annulatus Martin selain menunjukkan umur batuan juga sekaligus menciri lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal yang mempunyai kedalaman maksimum 60 m.
Kompleks Gua Jatijajar mencakup Gua Jatijajar, Gua Dempok, dan Gua Intan. Kawasan ini berada sekitar 250 m di atas permukaan laut. Sistem pergunaan berkembang pada kehadiran fosil-fosil seperti Lepidocylina sumatrensis Brady, L. elegans Tan dan Cycloclypeus annulatus Martin selain menunjukkan umur batuan juga sekaligus menciri lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal yang mempunyai kedalaman maksimum 60 m.

Kira-kira 14-11 juta tahun lalu
daerah ini masih merupakan paparan laut dangkal, yang kemudian
terangkat hingga ketinggiannya sekarang akibat sifat bumi yang dinamis.
Tidak adanya sedimen lain yang menutupi lapisan batu gamping di daerah
Gombong selatan menunjukkan jika sejak 10 juta tahun lalu daerah ini
sudah berada di atas permukaan laut. Dihitung dari kurun waktu kurang
dari 10 juta tahun telah terjadi pengangkatan setinggi lebih dari 300
m. Pengangkatan itu menyebabkan batuan terkekarkan dan tersesarkan.
Curah hujan yang tinggi mempercepat terjadinya proses karstifikasi,
membentuk kars sebagaimana terlihat sekarang.
Pintu Masuk Gua Jatijajar Tampak dari dalam
Gejala endokars ini mempunyai mulut
gua yang berbangun melengkung tinggi dan lebar. Pada dinding pintu
masuk sebelah kanan tersingkap sisa endapan sedimen gua yang kaya fosil
moluska. Beberapa spesies grastropoda dan pelecypoda terawetkan baik
pada lapisan lempung pasiran berwarna coklat tua. Sedimen berfosil ini
dapat dikorelasikan dengan sedimen sejenis yang tersingkap di pintu
masuk Gua Intan. Sediman di dalam Gua juga tersingkap pada sebuah sisa
kanopi tua, beberapa meter dari pintu masuk. Cangkang-cangkang pipih
pelecypoda pada sedimen gua ini tersusun secara alami ke arah utara
sejajar dengan arah lorong utama masuk gua, yaitu utara-selatan. Bagian
atap dan dinding pintu masuk gua dipenuhi oleh tulisan nama-nama
pengunjung. Gravity yang paling tua tertanggal tahun 1805.
Patung Dinosaurus dan kolam
Pembentukan kanopy di dekat pintu
masuk Gua Jatijajar menunjukkan adanya sungai bawahtanah yang pernah
aktif beberapa ratus ribu tahun yang lalu. Proses pengangkatan
menyebabkan sungai menjadi kering, karena air mencari permukaan air
tanah setempat yang letaknya lebih rendah. Sungai bawah tanah yang
masih aktif di dalam Gua Jatijajar tersingkap melalui beberapa sendang,
yang letaknya berkisar antara 1-3 m di bawah lorong fosil utama.
Sendang Kantil dan Sendang Mawar adalah kolam-kolam sungai bawah tanah yang dibuka untuk umum. Dua sendang lainnya yaitu Jombor dan Puserbumi tidak dapat dimasuki wisatawan umum, kecuali mendapat ijin dari pengelola kawasan wisata. Sebagai mata air, Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Sementara Sendang Jombor yang dihuni seekor pelus sepanjang lebih dari 1 m mempunyai sifon di dasarnya. Sifon ini dapat ditelusuri dengan metode penyelaman (cave diving). Beragam bentukan pengendapan ulang larutan CaCO3 jenuh yang indah dan mempesona dijumpai di dalam lorong gua dibalik sifon. Lorong gua sepanjang ratusan meter dihiasi dengan deretan gurdam dan air terjun. Lorong gua di bawah gua Jatijajar ini disiapkan menjadi objek wisata minat khusus. Untuk memasuki sendang di dalam Gua Jatijajar dikeramatkan dan dijadikan sebagai tempat berziarah.
Sendang Kantil dan Sendang Mawar adalah kolam-kolam sungai bawah tanah yang dibuka untuk umum. Dua sendang lainnya yaitu Jombor dan Puserbumi tidak dapat dimasuki wisatawan umum, kecuali mendapat ijin dari pengelola kawasan wisata. Sebagai mata air, Sendang Puserbumi merupakan sebuah sumuran tegak bergaris tengah sekitar 50 cm. Sementara Sendang Jombor yang dihuni seekor pelus sepanjang lebih dari 1 m mempunyai sifon di dasarnya. Sifon ini dapat ditelusuri dengan metode penyelaman (cave diving). Beragam bentukan pengendapan ulang larutan CaCO3 jenuh yang indah dan mempesona dijumpai di dalam lorong gua dibalik sifon. Lorong gua sepanjang ratusan meter dihiasi dengan deretan gurdam dan air terjun. Lorong gua di bawah gua Jatijajar ini disiapkan menjadi objek wisata minat khusus. Untuk memasuki sendang di dalam Gua Jatijajar dikeramatkan dan dijadikan sebagai tempat berziarah.
Sendang Mawar
Lubang-lubang di dasar gua di dekat
pintu masuk merupakan bekas-bekas penambangan fosfat guano. Ornamen gua
(stalaktit, stalakmit, pilar, flowstone) umumnya sudah tidak aktif,
meskipun di beberapa tempat terdapat tetesan dan leleran air melalui
ujung-ujung stalaktit. Sebuah lubang di atap gua setinggi 24 m dari
dasar gua, tidak jauh dari pilar besar berbangun membundar yang masih
aktif, mengungkap sejarah penemuan gua pada tahun 1802 oleh
Djayamenawi, Petani tersebut terperosok ke dalam gua melalui lubang
yang ada dipermukaan, dan setelah tanah yang menutupi lorong
dibersihkan ia menemukan lubang masuk, yaitu mulut gua sekarang.
Lorong Gua Jatijajar sepanjang 250
m, dengan lebar dan tinggi rata-rata 15-25 m, dapat dimasuki oleh
wisatawan dengan mudah. Mulai tahun 1975, disepanjang lorong gua
ditempatkan 32 buah patung yang menceritakan Legenda Raden Kamandaka.
Di luar Gua menggambarkan kepurbaan Gua Jatijajar.

Kamandaka yang aslinya bernama Raden
Banyak Contro adalah putera mahkota Kerajaan Pajajaran. Pusat
pemerintahan Pasirluhur atau Galuh Timur pada abad 14 kira-kira berada
di sekitar Baturaden (purwokerto), di lereng Gunung Slamet. Prabu
Siliwangi raja Pajajaran pada waktu itu memiliki 2 permaisuri. Dari
permaisuri pertama, Prabu Siliwangi berputra 2 orang yaitu Banyak
Contro dan Banyak Ngampar. Karena permaisuri pertama meninggal, Prabu
Siliwangi mengangkat permaisuri kedua, Dewi Kumudaningsih. Sebelumnya
Dewi Kumudaningsih memberi syarat mau menjadi permaisuri jika anak
laki-lakinya kelak dapat menjadi raja, menggantikan Prabu Siliwangi.
Dari permaisuri kedua ini terturunkan Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat putra sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak oleh Banyak Contro, dengan alasan ia belum siap dan belum mempunyai pendamping. Ia hanya mau menikah dengan wanita yang mirip dengan mendiang ibunya. Untuk itu ia mengembara menuju gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki Ajar Wirangrong. Oleh orang tua tersebut ia disuruh mengembara ke timur, menuju Kadipaten Pasir Luhur. Supaya cita-citanya beristri wanita cantik seperti ibunya terkabul, ia harus menanggalkan pakaiannya sebagai putera raja menjadi orang biasa. Banyak Contro selanjutnya menyamar menjadi orang kebanyakan, dan berganti nama menjadi Kamandaka.
Prabu Siliwangi yang sudah lanjut usia berencana mengangkat putra sulungnya, Banyak Contro, untuk menggantikannya. Permintaan itu ditolak oleh Banyak Contro, dengan alasan ia belum siap dan belum mempunyai pendamping. Ia hanya mau menikah dengan wanita yang mirip dengan mendiang ibunya. Untuk itu ia mengembara menuju gunung Tangkuban Perahu, menemui Ki Ajar Wirangrong. Oleh orang tua tersebut ia disuruh mengembara ke timur, menuju Kadipaten Pasir Luhur. Supaya cita-citanya beristri wanita cantik seperti ibunya terkabul, ia harus menanggalkan pakaiannya sebagai putera raja menjadi orang biasa. Banyak Contro selanjutnya menyamar menjadi orang kebanyakan, dan berganti nama menjadi Kamandaka.
Patung Raden Kamandaka
Setelah sampai di Pasir Luhur ia
bertemu dengan Reksono patih Kadipaten Pasir Luhur yang menjadikannya
sebagai anak angkat. Adipati Kandandoho, penguasa Kadipaten Pasir
Luhur, mempunyai beberapa putri yang semuannya sudah bersuami kecuali
putri bungsunya Dewi Ciptoroso. Wajah dan penampilan putri Pasir Luhur
ini mirip dengan Ibu Kamandaka. Kamandaka berhasil menarik hati Dewi
Ciptoroso. Tetapi pada suaru saat ketika mereka sedang berdua di taman
keputren seorang prajurit kadipaten memergokinya. Kamandaka dikeroyok
para prajurit, yang mengiranya sebagai pencuri. Karena kesaktiannya ia
dapat meloloskan diri. Tetapi sebelumnya ia sempat mengatakan
identitasnya, yaitu Kamandaka putra Patih Reksonoto. Adipati Patih
Pasir Luhur murka, memanggil Patih Reksonoto supaya menangkap Kamandaka
dan menyerahkan kepadanya.
Kamandaka yang melarikan diri dengan
cara menceburkan diri ke sungai dilaporkan oleh Patih Reksonoto telah
mati, hanyut di bawa arus sungai deras. Setelah jauh dari Pasir Luhur,
Kamandaka naik ke darat berjalan menuju sebuah desa. Di Desa Paniagih
ia bertemu janda miskin Mbok Kertosoro. Kamandaka selanjutnya diangkat
menjadi anaknya. Mbok Kertosoro mempunyai seekor ayam jantan bernama
Mercu, yang dirawat dengan baik oleh Kamandaka. Ke mana-mana ia pergi
dengan ayam-ayam lainnya. Mercu selalu menang, sehingga akhirnya
Kamandaka dikenal sebagai penyabung ayam yang hebat. Berita tersebut
sampai di Kadipaten Pasir Luhur. Adipati Kandandoho sangat murka
mendengar Kamandaka masih hidup. Ia memerintahkan prajuritnya untuk
menangkap Kamandaka. Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba muncul
silihwarni. Silihwarni yang menawarkan dirinya menjadi abdi di Pasir
Luhur diterima oleh Adipati Kandandoho, asal dapat membunuh Kamandaka.

Silihwarni sebenarnya adalah Banyak
Ngampar, adik kandung Kamandaka. Ia mendapat tugas dari ayahnya Prabu
Siliwangi mencari kakaknya. Untuk menjaga keselamatannya di perjalanan,
Banyak Ngampar dibekali senjata kerajaan, kujang Pamungkas. Karena
tidak tahu kalau Kamandaka adalah kakaknya yang dicari-cari Silihwarni
berangkat bersama dengan sepasukan prajurit Pasir Luhur.
Akhirnya Silihwarni sampai di Desa Paniagih, bertemu dengan Kamandaka dan menantangnya bersabung ayam. Saat ayam jantan masing-masing bersabung, Silihwarni menikam Kamandaka yang sedang lengah dengan pusaka Kujang Pamungkas. Kamandaka terluka parah, tetapi ia dapat meloloskan diri. Tempat di mana Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur dan Silihwarni sekarang dinamakan Desa Brobosan (mbrobos = meloloskan diri). Saat Kamandaka beristirahat di suatu tempat, darahnya mengucur deras dari luka di lambungnya. Tempat iru kemudian diberi nama Desa Bancaran (Bancar = deras). Silihwarni bersama prajurit Pasir Luhur terus mengejarnya, dibantu anjing-anjing pelacak. Seekor anjing dapat di bunuh oleh Kamandaka di suatu tempat, yang selanjutnya desa itu dinamakan Karang Anjing. Kamandaka terus lari ke arah timur, dan sampai di ujung jalan yang buntuk (selanjutnya tempat itu dinamakan Desa Buntu).
Akhirnya Silihwarni sampai di Desa Paniagih, bertemu dengan Kamandaka dan menantangnya bersabung ayam. Saat ayam jantan masing-masing bersabung, Silihwarni menikam Kamandaka yang sedang lengah dengan pusaka Kujang Pamungkas. Kamandaka terluka parah, tetapi ia dapat meloloskan diri. Tempat di mana Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur dan Silihwarni sekarang dinamakan Desa Brobosan (mbrobos = meloloskan diri). Saat Kamandaka beristirahat di suatu tempat, darahnya mengucur deras dari luka di lambungnya. Tempat iru kemudian diberi nama Desa Bancaran (Bancar = deras). Silihwarni bersama prajurit Pasir Luhur terus mengejarnya, dibantu anjing-anjing pelacak. Seekor anjing dapat di bunuh oleh Kamandaka di suatu tempat, yang selanjutnya desa itu dinamakan Karang Anjing. Kamandaka terus lari ke arah timur, dan sampai di ujung jalan yang buntuk (selanjutnya tempat itu dinamakan Desa Buntu).
Setelah berlari cukup jauh akhirnya
Kamandaka sampai di sebuah gua. Ia bersembunyi di dalamnya. Silihwarni
yang kehilangan jejak, Ia berteriak-teriak menantang Kamandaka supaya
ke luar dari tempat persembunyiannya. Kamandaka menjawab, bahwa
sebenarnya ia adalah putra mahkota Pajajaran Banyak Contro. Mendengar
jawaban itu Silihwarni terkejut dan iapun berkata kalau sebenarnya =
(sejatine) Ia juga putra Prabu Siliwangi, Banyak Ngampar. Keduanya baru
sadar kalau mereka adalah bersaudara.
Selanjutnya Kamandaka bertapa di gua
tersebut dan mendapat petunjuk bahwa niatnya mempersunting Dewi
Ciptoroso akan tercapai jika ia berpakaian lutung (kera) Dalam petunjuk
itu ia diharuskan tinggal di Hutan Baturagung, baratdaya Baturaden. Di
hutan itu Kamandaka yang sudah berubah menjadi kera bertemu dengan
Dewi Ciptoroso, yang ketika itu mengikuti ayahnya Adipati Kandandoho
berburu. Kera yang jinak jelmaan Kamandaka segera menarik perhatian
Dewi Ciptoroso, yang menurut saja saat ditangkap dan dibawa ke Pasir
Luhur. Sesampainya di Pasir Luhur kera tersebut tidak mau makan
apa-apa, sehingga meninmbulkan kekhawatiran Adipati Kandandoho. Ia
membuat sayembara, siapa yang dapat memberi makan kera tersebut maka ia
berhak memeliharanya. Banyak orang mencobanya tetapi selalu gagal,
kecuali Dewi Ciptoroso. Sesuai dengan sayembara maka kera itupun
dipelihara oleh putri bungsu Pasir Luhur dan diberi nama Lutung
Kasarung. Pada malam hari kera tersebut berubah ujud aslinya, yaitu
Kamandaka. Sedang siang hari menjelma lagi menjadi kera. hal itu hanya
diketahui oleh Dewi Ciptoroso.
Dikisahkan selanjutnya, Prabu Pule
Bahas dari Nusa Kambangan ingin memperistri Dewi Ciptoroso, dan
mengutus kerajaan untuk meminangnya. Jika keinginan tidak dikabulkan ia
akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur. Atas saran Lutung Kasarung,
Dewi Ciptoroso menemui ayahnya dan mengatakan kalau ia bersedia menjadi
istri Prabu Pule Bahas asal persyaratan yang akan diajukannya
dipenuhi. Salah satu syarat itu adalah Dewi Ciptoroso diperbolehkan
membawa Lutung Kasarung pada saat pengantin dipertemukan. Prabu Pule
Bahas langsung menyetujui.
Ketika upacara pengantin berlansung Lutung Kasarung selalu mengganggu, sehingga menimbulkan kejengkelan Prabu Pule Bahas. Prabu Pule Bahas memukulnya dan keduanya berkelahi. Raja Nusakambangan akhirnya tewas, digigit Lutung Kasarung. Kematian raja tersebut mengubah ujud asli Lutung Kasarung, yaitu Kamandaka. Setelah menceritakan asal-usulnya, Kamandaka akhirnya dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Berita itu akhirnya sampai di Kerajaan Pajajaran. Niat Prabu Siliwangi untuk menjadikan Kamandaka sebagai raja tidak kesampaian. Karena pantang bagi seseorang yang sudah terkena pusaka kerajaan Kujang Pamungkas menjadi raja Pajajaran. Akhirnya Kamandaka atau Banyak Cokro menjadi adipati di Pasir Luhur, menggantikan ayah Dewi Ciptoroso. Sedang Banyak Blabur menggantikan Prabu siliwangi menjadi raja di Pajajaran.
Ketika upacara pengantin berlansung Lutung Kasarung selalu mengganggu, sehingga menimbulkan kejengkelan Prabu Pule Bahas. Prabu Pule Bahas memukulnya dan keduanya berkelahi. Raja Nusakambangan akhirnya tewas, digigit Lutung Kasarung. Kematian raja tersebut mengubah ujud asli Lutung Kasarung, yaitu Kamandaka. Setelah menceritakan asal-usulnya, Kamandaka akhirnya dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Berita itu akhirnya sampai di Kerajaan Pajajaran. Niat Prabu Siliwangi untuk menjadikan Kamandaka sebagai raja tidak kesampaian. Karena pantang bagi seseorang yang sudah terkena pusaka kerajaan Kujang Pamungkas menjadi raja Pajajaran. Akhirnya Kamandaka atau Banyak Cokro menjadi adipati di Pasir Luhur, menggantikan ayah Dewi Ciptoroso. Sedang Banyak Blabur menggantikan Prabu siliwangi menjadi raja di Pajajaran.
Kepercayaan Masyarakat
Mata air atau sendang yang terdapat
di dalam Gua Jatijajar dipercaya mempunyai khasiat tertentu, sehingga
dikeramatkan. Air Sendang Puserbumi dan Jombor konon dapat digunakan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tertentu. Sedang air Sendang Mawar
dan Kantil jika untuk mencuci muka selain menjadi awet muda juga akan
tercapai apa yang dicita-citakannya.
Kepercayaan yang dituturkan secara turun-temurun ini mengakar kuat di hati sanubari masyarakat Kebumen dan sekitarnya, sehigga pada hari-hari tertentu menurut penanggalan Jawa tempat tersebut ramai dikunjungi peziarah, terutama pada malam hari.
Kepercayaan yang dituturkan secara turun-temurun ini mengakar kuat di hati sanubari masyarakat Kebumen dan sekitarnya, sehigga pada hari-hari tertentu menurut penanggalan Jawa tempat tersebut ramai dikunjungi peziarah, terutama pada malam hari.
Gua Dempok
Segmen lorong gua sepanjang 50 m
mulai dari pintu masuk merupakan bentukan alami hasil kegiatan sungai
bawah tanah di masa lalu. Setempat, atap dan dinding gua dihiasi oleh
stalaktit dan flowstone. Lubang di atap gua yang tembus ke permukaan
(avent) berfungsi sebagai ventilasi alam, sehingga udara di dalam gua
tetap segar. Lorong ini selanjutnya berhubungan dengan gua buatan,
bekas penambangan kapur.
panjang Gua Dempok tidak lebih dari 100 m, dan menjadi unik karena merupakan gabungan antara gua alam dan gua buatan. Nama Dempok diambil dari nama pemilik lahan penambangan kapur. sisa-sisa kejayaan industri kapur tohor di masa lalu diabadikan dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, tidak jauh dari pintu masuk Gua Dempok.
panjang Gua Dempok tidak lebih dari 100 m, dan menjadi unik karena merupakan gabungan antara gua alam dan gua buatan. Nama Dempok diambil dari nama pemilik lahan penambangan kapur. sisa-sisa kejayaan industri kapur tohor di masa lalu diabadikan dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, tidak jauh dari pintu masuk Gua Dempok.
panjang Gua Dempok tidak lebih dari
100 m, dan menjadi unik karena merupakan gabungan antara gua alam dan
gua buatan. Nama Dempok diambil dari nama pemilik lahan penambangan
kapur. sisa-sisa kejayaan industri kapur tohor di masa lalu diabadikan
dalam bentuk tobong pembakaran batu gamping, tidak jauh dari pintu
masuk Gua Dempok.
Gua Intan
Gejala endokars ini merupakan gua alam fosil yang penuh dengan ornamen yang masih aktif. Lorong-lorong di dalam Gua Intan yang berarah utara-selatan dan barat-timur genesanya berkaitan dengan pelarutan di sepanjang struktur retakan yang ada.
Gua Intan
Gejala endokars ini merupakan gua alam fosil yang penuh dengan ornamen yang masih aktif. Lorong-lorong di dalam Gua Intan yang berarah utara-selatan dan barat-timur genesanya berkaitan dengan pelarutan di sepanjang struktur retakan yang ada.
Sebuah stalaktit di dinding pintu
masuk sebelah kanan dilingkupi oleh sedimen pasir lempungan berwarna
merah kecoklatan. Sedimen tersebut mengandung fosil moluska, sehingga
kehadirannya akan menguak sejarah pembentukan gua. Moluska adalah
binatang darat yang hidup di sekitar gua. Ketika air hujan masuk ke
dalam gua, binatang itu terangkut ke dalam gua bersama-sama dengan
sedimen pasir dan lempung. Saat terjadi banjir seluruh lorong gua
terendam air, dan sebuah stalaktit yang terletak 3 m dari dasar gua
ditutupi oleh sedimen tersebut. Kumpulan fosil ini berumur
Plistosen-Resen, sehingga Gua Intan setidaknya sudah ada sejak 1 juta
tahun yang lalu.
Sebuah kubah besar berukuran 30 X 40 m dan tinggi maksimum 20 m dapat dicapai dengan melewati lubang sempit selebar 1 m. atap kubah dihiasi oleh stalaktit-stalaktit berukuran maksimum 1 m. Sebuah avent di atap kubah berfungsi sebagai ventilasi alam. Sekelompok stalaktit yang menyatu dengan stalakmit membantu pilar atau kolom setinggi beberapa meter yang indah. Ornamen gua di bagian ini umumnya masih aktif.
Di sebelah kanan ruangan pertama terdapat ruangan kedua yang disusun oleh batu gamping berlapis, dengan sebuah jembatan alam yang menghubungkan dinding kanan dan kiri ruangan. Jembatan ini merupakan sisa lapisan batu gamping yang sukar larut. Sedang lapisan batu gamping lunak di dasar jembatan sebagian besar telah habis, dikikis oleh aliran sungai bawah tanah yang pernah aktif di masa lalu. Ruangan kedua yang berukuran 20 X 40 m dan tinggi 15 m ini berakhir pada sebuah lubang sempit yang ditutupi oleh sedimen gua. lekuk-lekuk kecil di atap gua dipenuhi oleh kelelawar. Tidak adanya ventilasi di ruangan kedua ini menyebabkan udara di dalam gua sedikit panas dan pengap. Fermentasi kotoran kelelawar memungkinkan terbentuknya CO2 dan bau yang menyengat.
Sebuah kubah besar berukuran 30 X 40 m dan tinggi maksimum 20 m dapat dicapai dengan melewati lubang sempit selebar 1 m. atap kubah dihiasi oleh stalaktit-stalaktit berukuran maksimum 1 m. Sebuah avent di atap kubah berfungsi sebagai ventilasi alam. Sekelompok stalaktit yang menyatu dengan stalakmit membantu pilar atau kolom setinggi beberapa meter yang indah. Ornamen gua di bagian ini umumnya masih aktif.
Di sebelah kanan ruangan pertama terdapat ruangan kedua yang disusun oleh batu gamping berlapis, dengan sebuah jembatan alam yang menghubungkan dinding kanan dan kiri ruangan. Jembatan ini merupakan sisa lapisan batu gamping yang sukar larut. Sedang lapisan batu gamping lunak di dasar jembatan sebagian besar telah habis, dikikis oleh aliran sungai bawah tanah yang pernah aktif di masa lalu. Ruangan kedua yang berukuran 20 X 40 m dan tinggi 15 m ini berakhir pada sebuah lubang sempit yang ditutupi oleh sedimen gua. lekuk-lekuk kecil di atap gua dipenuhi oleh kelelawar. Tidak adanya ventilasi di ruangan kedua ini menyebabkan udara di dalam gua sedikit panas dan pengap. Fermentasi kotoran kelelawar memungkinkan terbentuknya CO2 dan bau yang menyengat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar